Rabu, Januari 8

Lika-liku Rumah Tangga

Jika saat ini rumah tanggamu bermasalah, jangan keluhkan kamu tengah menyesal telah membina rumah tangga dengan dia seseorang yang telah kamu pilih sebagai satu-satunya penyempurnamu, meski benar kesalahan datang darinya.

Apapun masalahmu cukup kamu tahu saja, bahwa memang tidak ada rumah tangga yang sempurna, karena setiap rumah tangga tentu memiliki ujiannya masing-masing.Makhluk mengerikan akan keluar dari tubuh pagi hari

Lantas untuk saat ini bersabarlah, jangan terlalu merutuki keadaan yang menurutmu itu masalah yang besar, hadapi dengan lapang dada dan mintalah solusinya kepada Allah.

Ada yang Mendapatkan Istri Baik, Tapi Suami Bermasalah

Apakah kamu tahu, kehidupan rumah tangga itu kadang seperti ini, ada yang sudah mendapatkan istri baik, perhatian, setia, dan sangat bertanggung jawab menunaikan tugas-tugasnya sebagai istri, tapi masalahnya ada pada suaminya yang penyelingkuh.

Ada juga yang suaminya tidak penyelingkuh, tapi dia tidak taat ibadah kepada Allah, dia selalu melampau batas-batas yang telah Allah gariskan.

Ada yang Mendapatkan Suami Baik, Tapi Istri yang Bermasalah

Ada yang sudah mendaptkan suami baik, berakhlaq mulia, agamanya bagus, memiliki pekerjaan mapan, bertanggung jawab, setia, dan sangat perhatian.Tetapi Allah menguji dengan keadaan istri yang egois, tidak pandai menjaga kehormatan, dan bahkan tidak bisa diatur dengan baik, kerjaannya marah-marah tidak jelas ketika dinasehati oleh suami.

Ada yang Suami Istri Baik, Tapi Kadang Mertua yang Bermasalah

Ada yang suami dan istri sudah seperti paket sempurna, keduanya sama-sama baik, sama-sama taat kepada-NYA, sama-sama setia, sama-sama pandai menjaga tanggung jawab, sampai orang lain pun berpikir keduanya tidak memiliki celah apapun.

Ada yang Suami Istri Baik, Mertua Juga Baik, Tapi Ipar yang Bermasalah

Ada yang sudah baik antara suami istri, mertuanya juga sama-sama baik, tetapi Allah mengujinya lewat ipar yang kadang selalu mencari gara-gara dan suka menjelek-jelekkan, sehingga bersaudara pun tidak begitu asyik, bahkan ketika berkumpul suasana tidak lagi mendamaikan.

Ada yang Semuanya Sudah Baik, Tapi Masalahnya Masih Merindukan Hadirnya Seorang Anak

Dan ada yang semuanya sudah sama-sama baik, mertua sangat penyayang, ipar sangat pandai menghargai, semuanya hidup rukun tanpa celah pertengkarang sedikitpun, karena masing-masing diri pandai menyederhanakan ego.

Tapi masalahnya terkadang datang dari merindukan hadirnya seorang anak, suami istri selalu dirundung rasa pilu mengharapkan hadirnya seorang momongan, karena menurutnya sudah lama sekali keduanya membina rumah tangga.

Jadi intinya, semua rumah tangga itu memiliki porsi masalahnya masing-masing, tidak ada yang tidak dihinggapi sebuah masalah, karena masalah ibarat sebuah bumbu agar rumah tangga yang dibina bisa semakin dewasa dan baik.

0

Jumat, November 21

Kangen Masa 3 Tahun Yang Lalu

Jadi  kangen sama 3 tahun yg lalu, banyak suka duka yg kita lewati bersama, mulai dari kenyang makan bersama sampai nahan lapar bersama, bahkan banyak sudah yg kita alami di kontrakan. 

Dari mulai hidup tanpa listrik karna keabisan vocher listrik karna ga ada uang untuk membeli token listrik.

Ada yg punya masalah di kejar-kejar cewe misterius, kita punya tetangga tante binal, ada pahlawan misterius depan kontrakan, bahkan ada yg galau tingkat RT ditinggal kekasihnya menikah :P , ada pula yg sudah pengin nikah tp masih punya tanggungan ade-adenya dan ada juga yg sering tidur dikontrakan ga mau patukan kontrakan karna dia masih status mahasiswa (tp sering bantu supplay makanan juga sih dikala kita lagi ga ada makanan, makasih kawan).

Ada lagi teman kita yg sangat anynomous sampe kita semua tidak tau asal usul dia, bahkan sampe nama aslinya pun kita tidak tau. 
Banyak keluh kesah yg kita lalui bersama.

Oya ada juga tuh yg cinta mati sama wanita cosplay sampai hujan lebat di tengah malam pun bukan halangan buat jumpa dengan dia (peace kawan hehee).
Itu semua kenangan yg kita lalui di 3 tahun yg lalu.

Dan bahkan sampai kita beda pendapat dan beda persepsi, saling ego satu sama lain dan sampai pilihan untuk jalanin hidup masing-masing itu solusi yg terbaik untuk kita semua.  

Tp apapun kalian tetap sahabat-sahabat gue yg sudah suport gue untuk bisa menggapai impian dan bisa menjadi seperti gue yg sekarang ini. 

Semoga Tuhan bisa mempersatukan kita kembali seperti dahulu dan bisa saling ngerti kekurangan satu sama lain dan tentunya semua permasalahan masa lalu bisa saling memaafkan dan tidak ada dendam di antara kita.

Dengan kerendahan hati gue, gue pengin KITA seperti 3 tahun yg lalu, gue yakin hati kecil kalian semua pun pasti memiliki perasaan yg sama seperti gue.

Hmm...Semua itu adalah kenangan yang tak terlupakan dan kita anggap saja sebuah pembelajaran yang sangat berharga dimana kita dikontrakan sama-sama belajar dewasa menghadapi masalah-masalah yang ada.
2

Selasa, Februari 18

Kisah Cinta Saidina Ali bin Abi Thalib & Siti Fatimah Az-Zahrah

Inilah kisah cinta suci antara Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra.
Cinta sahabat Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra memang luar biasa indah, cinta yang selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, kata, maupun ekspresi. Hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam sebuah ikatan suci pernikahan.
Konon, karena saking teramat rahasianya, setan saja tidak tahu urusan cinta diantara keduanya. Sudah lama Ali terpesona dan jatuh hati pada Fatimah, ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Umar melamar Fatimah. Sementara dirinya belum siap untuk melakukannya.
Namun, kesabaran beliau berbuah manis, lamaran kedua orang sahabat yang sudah tidak diragukan lagi keshalihannya tersebut ternyata ditolak oleh Rasulullah. Hingga akhirnya Ali memberanikan diri, dan ternyata lamarannya yang mesti hanya bermodal baju besi diterima oleh Rasulullah.
Di sisi lain, Fatimah ternyata juga sudah lama memendam cintanya kepada Ali. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada Ali,
"Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya",
Ali pun bertanya mengapa ia tak mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya.
Sambil tersenyum Fatimah Az-Zahra menjawab, "Pemuda itu adalah dirimu".
Diceritakan, Ali Bin Abi Thalib waktu itu ingin melamar Fatimah, putri nabi Muhammad saw. Tapi karena dia tidak mempunyai uang untuk membeli mahar, maka ia membatalkan niat itu. Ali segera berhijrah untuk bekerja dan mengumpulkan uang. Pada saat Ali sedang bekerja keras, ia mendengar kabar kalau Abu Bakar ternyata melamar Fatimah. Wah, bagaimana agaknya perasaan Ali, wanita yang sudah dia inginkan dilamar oleh seseorang yang ilmu agamanya lebih hebat dari dia. Tetapi Ali tetap bekerja dengan giat.
Lalu setelah beberapa lama Ali mendengar kabar kalau lamaran Abu Bakar kepada Fatimah ditolak. Ali tertegun dan sedikit bergembira tentunya, kata Ali “waah, saya masih punya kesempatan ”. Setelah mendengar kabar itu, Ali bekerja lebih giat lagi agar cepat mengumpulkan uang dan segera melamar Fatimah. Tapi tak lama setelah itu, Ali mendengar kabar kalau Umar Bin Khatab melamar Fatimah. Wah, sekali lagi Ali mendahulukan orang lain, bagaimana perasaannya? Tapi tak berapa lama Ali mendengar kalau lamaran Umar bin Khatab ditolak. betapa senangnya Ali, mendengar kabar itu.
Tapi tak lama, kesenangan itu kembali pudar  karena terdengar kabar lagi, ternyata Utsman bin Affan melamar Fatimah. ini sudah yang ketiga kalinya, kata Ali “mungkin kali ini diterima. Kalaulah Usman tidak melamar Fatimah secepat ini, InsyaAllah tidak lama lagi saya akan melamar Fatimah, tapi , apa hendak dikata , adakah mau mengalah?".
Dan sekali lagi, tidak berapa lama dari itu, kabar ditolaknya lamaran Utsman bin Affan pun terdengar lagi, betapa bahagianya Ali. Semangat Ali untuk melamar Fatimah pun berkobar lagi, dan semangat itu didukung oleh sahabat-sahabat Ali. Kata sahabatnya “pergilah Ali, lamar Fatimah sekarang, tunggu apa lagi?  kamu kan sudah bekerja keras selama ini, kamu juga sudah mengumpulkan harta dan cukup untuk membeli mahar. tunggu apa lagi? Tunggu yang ke4 kalinya? baik cepat!”
Dengan segera Ali memeberanikan diri untuk menghadap ke Nabi Muhammad saw. dengan tujuan melamar Fatimah, dan sahabat-sahabat tahu? lamarannya diterima!
Ternyata memang dari dulu Fatimah az-Zahra sudah mempunyai perasaan dengan Ali dan menunggu Ali untuk melamarnya. Begitu juga dengan Ali, dari dulu dia juga sudah mempunyai perasaan dengan Fatimah az-Zahra. Tapi mereka berdua sabar menyembunyikan perasaan itu sampai saatnya tiba, sampai saatnya Ijab Kabul disahkan. Walaupun Ali sudah merasakan kekecewaan 3 kali mendahulukan orang lain, akhirnya kekecewaan itu terbayar juga.
“Jodoh memang tidak kemana”,dari cerita itu, lebih memperjelas lagi kan bahwa “Cinta itu, mengambil kesempatan , atau mempersilakan yang lain”
Cinta adalah hal fitrah yang tentu saja dimiliki oleh setiap orang, namun bagaimanakah membingkai perasaan tersebut agar bukan Cinta yang mengendalikan Diri kita, Tetapi Diri kita yang mengendalikan Cinta. Mungkin cukup sulit menemukan teladan dalam hal tersebut disekitar kita saat ini. Walaupun bukan tidak ada.. barangkali, kita saja yang tidak mengetahuinya. Dan inilah kisah dari Khalifah ke-4, Suami dari Putri kesayangan Rasulullah tentang membingkai perasaan dan bertanggung jawab akan perasaan tersebut “Bukan janj-janji”
Akhirnya Ali pun menikahi Fatimah az-Zahra
Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan sahabat-sahabatnya tapi Nabi berkeras agar ia membayar bakinya, Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakar, Umar dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah.
Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. Ali adalah gentleman sejati.,“Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang.
Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti Ali.
Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian. Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fatimah berkata kepada Ali,
“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”
Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”
Sambil tersenyum Fatimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”

Dalam riwayat lain diceritakan:
Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada Ali:
Fatimah : “Wahai suamiku Ali, aku telah halal bagimu, aku pun sangat bersyukur kepada Allah karena ayahku memilihkan aku suami yang tampan, sholeh, cerdas dan baik sepertimu”.
Ali : “Aku pun begitu wahai Fatimahku sayang, aku sangat bersyukur kepada Allah akhirnya cintaku padamu yang telah lama kupendam telah menjadi halal dengan ikatan suci pernikahanku denganmu.”
Fatimah : (berkata dengan lembut) “Wahai suamiku, bolehkah aku berkata jujur padamu? karena aku ingin terjalin komunikasi yang baik diantara kita dan kelanjutan rumah tangga kita”.
Ali : “Tentu saja istriku, silahkan, aku akan mendengarkanmu…”.
Fatimah : “Wahai Ali suamiku, maafkan aku, tahukah engkau bahwa sesungguhnya sebelum aku menikah denganmu, aku telah lama mengagumi dan memendam rasa cinta kepada seorang pemuda, dan aku merasa pemuda itu pun memendam rasa cintanya untukku. Namun akhirnya ayahku menikahkan aku denganmu. Sekarang aku adalah istrimu, kau adalah imamku maka aku pun ikhlas melayanimu, mendampingimu, mematuhimu dan menaatimu, marilah kita berdua bersama-sama membangun keluarga yang diridhoi Allah”
Sungguh bahagianya Ali mendengar pernyataan Fatimah yang siap mengarungi bahtera kehidupan bersama, suatu pernyataan yang sangat jujur dan tulus dari hati perempuan sholehah. Tapi Ali juga terkejut dan agak sedih ketika mengetahui bahwa sebelum menikah dengannya ternyata Fatimah telah memendam perasaan kepada seorang pemuda. Ali merasa agak sedih karena sepertinya Fatimah menikah dengannya karena permintaan Rasul yang tak lain adalah ayahnya Fatimah, Ali kagum dengan Fatimah yang mau merelakan perasaannya demi taat dan berbakti kepada orang tuanya yaitu Rasul dan mau menjadi istri Ali dengan ikhlas.
Namun Ali memang sungguh pemuda yang sangat baik hati, ia memang sangat bahagia sekali telah menjadi suami Fatimah, tapi karena rasa cintanya karena Allah yang sangat tulus kepada Fatimah, hati Ali pun merasa agak bersalah jika hati Fatimah terluka, karena Ali sangat tahu bagaimana rasanya menderita karena cinta. Dan sekarang Fatimah sedang merasakannya. Ali bingung ingin berkata apa, perasaan didalam hatinya bercampur aduk. Di satu sisi ia sangat bahagia telah menikah dengan Fatimah, dan Fatimah pun telah ikhlas menjadi istrinya. Tapi disisi lain Ali tahu bahwa hati Fatimah sedang terluka. Ali pun terdiam sejenak, ia tak menanggapi pernyataan Fatimah.
Fatimah pun lalu berkata, “Wahai Ali suamiku sayang, Astagfirullah, maafkan aku. Aku tak ada maksud ingin menyakitimu, demi Allah aku hanya ingin jujur padamu, saat ini kaulah pemilik cintaku, raja yang menguasai hatiku.”.
Ali masih saja terdiam, bahkan Ali mengalihkan pandangannya dari wajah Fatimah yang cantik itu.
Melihat sikap Ali, Fatimah pun berkata sambil merayu Ali, “Wahai suamiku Ali, tak usah lah kau pikirkan kata-kataku itu, marilah kita berdua nikmati malam indah kita ini. Ayolah sayang, aku menantimu Ali”.
Ali tetap saja terdiam dan tidak terlalu menghiraukan rayuan Fatimah, tiba-tiba Ali pun berkata, “Fatimah, kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu, kau pun tahu betapa aku berjuang memendam rasa cintaku demi untuk ikatan suci bersamamu, kau pun juga tahu betapa bahagianya kau telah menjadi istriku. Tapi Fatimah, tahukah engkau saat ini aku juga sedih karena mengetahui hatimu sedang terluka. Sungguh aku tak ingin orang yang kucintai tersakiti, aku bisa merasa bersalah jika seandainya kau menikahiku bukan karena kau sungguh-sungguh cinta kepadaku. Walaupun aku tahu lambat laun pasti kau akan sangat sungguh-sungguh mencintaiku. Tapi aku tak ingin melihatmu sakit sampai akhirnya kau mencintaiku.”.
Fatimah pun tersenyum mendengar kata-kata Ali, Ali diam sesaat sambil merenung, tak terasa mata Ali pun mulai keluar air mata, lalu dengan sangat tulus Ali berkata lagi, “Wahai Fatimah, aku sudah menikahimu tapi aku belum menyentuh sedikit pun dari dirimu, kau masih suci. Aku rela menceraikanmu malam ini agar kau bisa menikah dengan pemuda yang kau cintai itu, aku akan ikhlas, lagi pula pemuda itu juga mencintaimu. Jadi aku tak akan khawatir ia akan menyakitimu. Aku tak ingin cintaku padamu hanya bertepuk sebelah tangan, sungguh aku sangat mencintaimu, demi Allah aku tak ingin kau terluka… Menikahlah dengannya, aku rela”.
Fatimah juga meneteskan airmata sambil tersenyum menatap Ali, Fatimah sangat kagum dengan ketulusan cinta Ali kepadanya, ketika itu juga Fatimah ingin berkata kepada Ali, tapi Ali memotong dan berkata, “Tapi Fatimah, sebelum aku menceraikanmu, bolehkah aku tahu siapa pemuda yang kau pendam rasa cintanya itu?, aku berjanji tak akan meminta apapun lagi darimu, namun izinkanlah aku mengetahui nama pemuda itu.”
Airmata Fatimah mengalir semakin deras, Fatimah tak kuat lagi membendung rasa bahagianya dan Fatimah langsung memeluk Ali dengan erat. Lalu Fatimah pun berkata dengan tersedu-sedu,“Wahai Ali, demi Allah aku sangat mencintaimu, sungguh aku sangat mencintaimu karena Allah."
Berkali-kali Fatimah mengulang kata-katanya. Setelah emosinya bisa terkontrol, Fatimah pun berkata kepada Ali, “Wahai Ali, Awalnya aku ingin tertawa dan menahan tawa sejak melihat sikapmu setelah aku mengatakan bahwa sebenarnya aku memendam rasa cinta kepada seorang pemuda sebelum menikah denganmu, aku hanya ingin menggodamu, sudah lama aku ingin bisa bercanda mesra bersamamu. Tapi kau malah membuatku menangis bahagia. Apakah kau tahu sebenarnya pemuda itu sudah menikah”.
Ali menjadi bingung, Ali pun berkata dengan selembut mungkin, walaupun ia kesal dengan ulah Fatimah kepadanya ”Apa maksudmu wahai Fatimah? Kau bilang padaku bahwa kau memendam rasa cinta kepada seorang pemuda, tapi kau malah kau bilang sangat mencintaiku, dan kau juga bilang ingin tertawa melihat sikapku, apakah kau ingin mempermainkan aku Fatimah?, sudahlah tolong sebut siapa nama pemuda itu? Mengapa kau mengharapkannya walaupun dia sudah menikah?”.
Fatimah pun kembali memeluk Ali dengan erat, tapi kali ini dengan dekapan yang mesra. Lalu menjawab pertanyaan Ali dengan manja, “Ali sayang, kau benar seperti yang kukatakan bahwa aku memang telah memendam rasa cintaku itu, aku memendamnya bertahun-tahun, sudah sejak lama aku ingin mengungkapkannya, tapi aku terlalu takut, aku tak ingin menodai anugerah cinta yang Allah berikan ini, aku pun tahu bagaimana beratnya memendam rasa cinta apalagi dahulu aku sering bertemu dengannya. Hatiku bergetar bila ku bertemu dengannya. Kau juga benar wahai Ali cintaku, ia memang sudah menikah. Tapi tahukah engkau wahai sayangku, pada malam pertama pernikahannya ia malah dibuat menangis dan kesal oleh perempuan yang baru dinikahinya”
Ali pun masih agak bingung, tapi Fatimah segera melanjutkan kata-katanya dengan nada yang semakin menggoda Ali, ”Kau ingin tahu siapa pemuda itu? Baiklah akan kuberi tahu. Sekarang ia berada disisiku, aku sedang memeluk mesra pemuda itu, tapi kok dia diam saja ya, padahal aku memeluknya sangat erat dan berkata-kata manja padanya, aku sangat mencintainya dan aku pun sangat bahagia ternyata memang dugaanku benar, ia juga sangat mencintaiku…”
Ali berkata kepada Fatimah, “Jadi maksudmu…?”
Fatimah pun berkata, “Ya wahai cintaku, kau benar, pemuda itu bernama Ali bin Abi Thalib sang pujaan hatiku”.
Subhanallah, Betapa Indahnya Kisah Cinta antara Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra. Maha Suci Allah, Dia-lah yang mengatur segalanya. Dia-lah yang telah mengatur jodoh, rezeki, pertemuan, dan maut dari setiap insan di dunia.

Pesan Rasulullah kepada Fatimah az-Zahra
Ayahanda yang penyayang terus merenung puterinya dengan pandangan kasih sayang, "Puteriku, maukah engkau kuajarkan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kau pinta itu?"
"Tentu sekali ya Rasulullah," jawab Siti Fatimah kegirangan.
Rasulullah saw. bersabda, "Jibril telah mengajarku beberapa kalimah. Setiap kali selesai shalat, hendaklah membaca 'Subhanallah' sepuluh kali, 'Alhamdulillah' sepuluh kali dan 'Allahu Akbar' sepuluh kali. Kemudian ketika hendak tidur baca 'Subhanallah', 'Alhamdulillah' dan 'Allahu Akbar' ini sebanyak tiga puluh tiga kali."
Ternyata amalan itu telah memberi kesan kepada Siti Fatimah. Semua kerja rumah dapat dilaksanakan dengan mudah dan sempurna meskipun tanpa pembantu rumah.

Itulah hadiah istimewa dari Allah buat hamba-hamba yang hatinya senantiasa mengingat-Nya.
Cerita ini adalah dikisahkan menurut penceritaan yang mudah untuk difahami,mudah-mudahan bermanfaat.
"Jika kamu memelihara dirimu dari suatu perkara yang haram karena Allah swt. diatas wanita yang dicintaimu dengan banyak bersabar. Insya Allah, Allah akan menghalalkannya untukmu atas kesabaranmu karena Allah" 



sumber : http://talimulquranalasror.blogspot.com
0

Minggu, Oktober 6

I Miss You Mom

“Nang, bangun. udah subuh. Sarapanmu udah ibu siapin di meja.” (anak lanang yg artinya anak lelaki istilah orang jawa)
“Ibu sayang. ga usah repot-repot ibu siapin sarapan buat aku, aku sudah dewasa, jangan aku diperlakukan seperti anak-anak lagi.” pintaku pada Ibu pada suatu pagi.

Ketika sore tiba aku pulang kerja raut muka ibu sedih, lalu aku bertanya kepada ibu
"Ibu kenapa bu ko ibu keliatan sedang sedih, ada apa bu?" 
Ibu menjawab “Tiba- tiba Ibu merasa kamu tidak lagi membutuhkan Ibu. Kamu sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri sendiri. Ibu tidak boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kamu nak, Ibu tidak bisa lagi jajanin kalian. Semua sudah bisa kalian lakukan sendiri."
Aku pun menjawab "bu, bukan maksud aku sudah tidak membutuhkan ibu lagi, tapi aku pengin mandiri aja dan tidak mau ngrepotin ibu terus, dari kecil aku udah ngrepotin ibu, aku tidak mau ibu cape ngurusin aku terus."

”Ya Allah, ternyata buat seorang Ibu .. bersusah payah melayani putra-putrinya adalah sebuah kebahagiaan. Satu hal yang tak pernah kusadari sebelumnya. Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang tua menjadi sedih karena kita tidak berusaha untuk saling membuka diri melihat arti kebahagiaan dari sudut pandang masing-masing. Diam-diam aku bermuhasabah. .. Apa yang telah kupersembahkan untuk Ibu dalam usiaku sekarang ? Adakah Ibu bahagia dan bangga pada putera putrinya ? Ketika itu kutanya pada Ibu, Ibu menjawab, ” Banyak sekali nak kebahagiaan yang telah kalian berikan pada Ibu. Kalian tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan. Kalian berprestasi di sekolah adalah kebanggaan buat Ibu. Kamu sekarang sudah kerja dan bisa mandiri adalah kebanggaan buat ibu. Setelah dewasa, kamu berprilaku sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu kebahagiaan buat Ibu. Setiap kalibinar mata kalian mengisyaratkan kebahagiaan di situlah kebahagiaan orang tua nak.”
"Ibu tidak minta apa-apa dari kalian, dengan itu semua ibu sudah bahagia dan bangga sama kalian."
aku pun cuma berlinang air mata ketika ibu mengucapkan perkataan seperti itu. 
Bu, gimana kabarmu disana? anakmu sangat merindukanmu bu.
Semoga Allah memberikan tempat yang indah dialam sana untukmu bu...aamiin.
Maafkan anakmu yang selalu menyusahkanmu dikala masih kecil.
Maafkan anakmu yang selalu mengecewakanmu dan belum bisa balas budi atas segala pengorbananmu.
Aku kangen Ibu.

Jadi ingat Almarhum Ibu ketika mendengar lagu ini , Hampir setiap subuh dan menjelang magrib ibuku selalu memutar lagu ini "Hj.Ida Laila - Pitakon Kubur."
0